Hearing bersama Dinas Pendidikan (Disdik) dan Kepala Sekolah (Kepsek) SDN 2 Gubung Sulah, yang digelar di ruang Komisi IV DPRD Kota Bandarlampung, Senin (17/20/2020).
RAKYATBALAM.COM – Ada yang berbeda dalam hearing (rapat jejak pendapat) bersama Dinas Pendidikan (Disdik) dan Kepala Sekolah (Kepsek) SDN 2 Gubung Sulah, yang digelar di ruang Komisi IV DPRD Kota Bandarlampung, Senin (17/20/2020).
Nah, yang berbeda, tiga pimpinan DPRD yakni Ketua DPRD Wiyadi, Wakil Ketua II, Aef Saripudin, dan Wakil Ketua III Edison Hadjar turut serta dalam hearing, atas pengaduan para guru yang mosi tidak percaya terhadap kepala sekolah Hj. Yuliwati S.pd, lantaran juga diduga telah melakukan korupsi dana Bantuan Operasional Siswa (BOS) dan juga dinilai arogansi.
Baca Juga
Dalam hearing tersebut, Ketua DPRD Wiyadi menyatakan, sekitar 14 orang guru pada Kamis (13/02/2020) lalu, para guru menceritakan akan tindak-tanduk sang kepala sekolah yang arogansi serta diduga menyelewengkan dana Bos. “Para guru itu cerita semua dan mereka itu memberikan bukti-buksi ini lengkap semua kok, ada kwitansi. Ini masalah tolong Dinas Pendidikan, lalukan evaluasi dan turunkan tim ke SDN 2 Gunung Sulah, jangan sampai juga ada intervensi kepada para guru, lakukan audit sesuai dengan faktanya, jangan ada yang ditutup-tutupi,” ujar Ketua DPRD Bandarlampung, Wiyadi.
Soal audit dana Bos, terus politisi PDI-Perjuangan ini, lakukan secara objektif. “Masalah ini Bubukan masalah suka dan gak suka tapi yang objektif. Dinas juga awasi semua sekolah kalau ada temuan tolong diaudit, jangan ditutupi. Kalau ada tekanan kepada guru, nanti kami DPRD yang evaluasi pihak dinas pendidikan, kalau ada kesalahan atau kelalaian samapikan,” jelasnya.
Sementara, Kabid Dikdas Disdik Kota Bandarlampung, Megapuri mengatakan pihaknya segera turunkan tim ke sekolahan tersebut. “Secepatnya pak kami akan audit dan kami segera laporkan hasilnya,” jelasnya, senada juga dikatakan Kepala Sekolah SDN 2 Gunung Sulah, Bandarlampung Yuliawati, jika ia sudah meminta maaf kepada salah seorang guru dan kalau kurang alat tulis kantor (ATK) akan diselesaikan. “Saya soal Atk sudah saya katakan kalau kurang ambil saja dulu dan dengan guru olahraga saya sudah minta maaf. Soal dana bos silahkan dilihat dalam laporan saya,” kata dia.
Sebelumnya, pada Kamis (13/02/2020) usai melakukan pertemuan dengan Ketua DPRD, salah satu guru yang tak ingin dicantumkan namanya mengaku, jika Kepsek tersebut sejak pertama bekerja di selolah tersebut telah melakukan tindakan arogan, yakni kerap memarahi guru dengan kalimat kasar. Bahkan guru tersebut selalu membentak dengan menggebrak meja.
“Dia selalu membentak kami dengan kalimat kasar, padahal salah kami hanya sedikit, namun kalimat kasar selalu keluar, bahkan sering gebrak meja saat mengungkapkan apapun kepada kami,” kata dia.
Tak hanya itu, sikap arogan dan pemarah tersebut, Kepsek tunjukan ketika memarahi guru didepan siswa.”Kami tidak terima diperlakukan seperti ini, kami ini manusia lho, bukan binatang. Kami punya harga diri. Kami ingin bekerja yang nyaman,”ungkapnya.
Tak hanya sikap arogan, namun Yuliawati juga diduga menyelewkan anggaran BOS, serta memalsukan tandatangan.
Ia menceritakan, ada beberapa kegiatan yang mengatasnamakan kegiatan disekolah, tapi yang mana pengeluaran kwitansinya tak sesuai dengan anggaran yang ada.
“Seperti alat tulis sekolah, kami hanya diberikan satu saja, padahal jelas lho anggarannya banyak untuk keperluan alat tulis sekolah,”ucapnya.
Selanjutnya, diceritakan dia, bahwa pengeluaran dana bos juga diduga fiktip dikarenakan guru yang tertera di kwitansi merasa tidak pernah menerima dana tersebut.
“Soal adanya tanda tangan yang tertera di kwitansi sebagai penerima tanda tangan tersebut saya pastikan itu dipalsukan oleh oknum kepsek tersebut dikarenakan yang bersangkutan tidak pernah merasa menandatangani penerimaan uang yang tertera dikwitansi tersebut,” paparnya.
Selain yang terterah di kwitansi, imbuhnya, masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang di duga fiktip seperti, pelatih Pramuka, pelatih Silat, PPDB semua diduga ditandatangani palsu. “Ya, kalau mau kami ya kepala sekolah diganti saja, kalau pun masih dipertahankan, kami juga sudah tidak nyaman, bagaimana mau melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau sudah tidak nyaman,” tandasnya.
(ron)